Bab 167
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 167
Selena merasa senang dan terus berterima kasih kepada Darren, âTerima kasih,
Darren. Kamu sangat membantuku.â
Sekarang hanya perlu menemukan anak Jane dan Arya untuk melakukan tes DNA, maka mereka dapat membuktikan bahwa Arya bukanlah orang jahat.
âSelena, tenang saja, aku akan terus mencari tahu tentang pria itu. Hanya saja, sejak
awal dia sudah melakukan antisipasi apabila seseorang mencarinya dan melakukan penyelesaiannya dengan sangat baik. Makanya, untuk sementara aku belum bisa
menemukannya dan masih perlu waktu.â
âTok, tok, tok.â
Terdengar suara Benita dari luar, âNyonya, sudah selesai mandi?â
Selena tergesaâgesa menutup panggilannya, kemudian menyimpan ponsel dan
membuka pintu. âEm.â
âNyonya pasti lapar, aku sudah menyiapkan makanan, setelah Nyonya ganti baju
turunlah untuk makan.
Benita tetap ramah seperti biasa, perut Selena sudah sakit, jadi dia tidak menolak
dan turun ke bawah.
âIbu, Ibu!â
Begitu turun, dia langsung mendengar suara Harvest yang sedang bermain, kemudian berbalik dan berlari ke arahnya.
Semua kekesalan Selena hilang saat ini, dia langsung menggendong Harvest dan berkata, âAnak kecil.â
Harvest mengeluarkan air liur dan tersenyum sangat manis padanya, Selena teringat ucapan Harvey padanya, untungnya dia tidak gegabah saat itu.
Dia membenarkan kalung giok Harvest dan menggendongnya ke meja makan.
Selama seminggu di pulau itu, dia sudah terbiasa mengurus anakâanak.
Benita tersenyum sambil berkata, âLihatlah Tuan Muda Kecil yang begitu senang
dan bersemangat, orang yang enggak tahu pasti akan mengira Tuan Muda Kecil
anak Nyonya
Benita memang suka berbicara terus terang, jadi seusai bicara dia langsung segera menutup mulutnya dan berkata, âMaaf Nyonya, aku enggak sengaja â
âEnggak apaâapa.â
Setelah makan dengan sangat senang, Selena tibaâtiba menyadari sesuatu.
Sebelumnya saat Harvey dipanggil oleh Agatha, mana bisa dia memakan sesuatu. Dia pasti akan menangis melihat kepergiannya dan terus menunggunya.
Menunggunya sampai malam dan perutnya sakit.
Sepertinya dia sudah mulai melupakan cintanya terhadap Harvey.
Namun, kebahagiaannya segera sirna, Chandra berdiri di depan pintu dan berkata dengan agak canggung, âNyonya, aku datang untuk menjemput Tuan Muda Kecil.â
Selena tersenyum kaku dan perlahan melepaskan genggaman Harvest.
Benar, Harvey bukan miliknya dan anak ini pun bukan miliknya.
Chandra mendekatinya dan berkata pelan, âNyonya, aku benarâbenar minta maaf.â
Seusai bicara, dia langsung menggendong Harvest pergi dan terdengar suara Harvest yang menangis, Selena ingin mengejar dan menggenggamnya.
Namun begitu memikirkan statusnya, memangnya dia siapanya Harvest? Atas hak apa untuk membuatnya tetap tinggal?
Pada akhirnya, Selena hanya bisa melepaskan tangannya yang lemah dan melihat Harvest pergi dengan menangis dan ingus yang mengalir.
Benita pergi meninggalkan vila seusai mencuci piring, hanya ada dia seorang diri di vila yang begitu besar ini.
Di pintu masuk vila ada penjaga, tampaknya memberinya kebebasan yang besar, padahal sebenarnya dia terkurung di sini.
Selena berdiri di depan jendela besar yang memantulkan bayangan dirinya dengan jelas. Dia tersenyum dengan ekspresi yang tidak enak dipandang, baik di masa lalu
maupun sekarang, dia selalu sendirian.
Hanya saja kali ini, dia tidak lagi menunggu seseorang.
Kembali ke kamar, dia memeluk kedua lututnya sambil melihat malam yang
menyelimuti seluruh dunia, dengan bulan purnama di langit.
Selena Bennett teringat pada orangâorang di pulau itu, pada saat ini, Jarren dan
Yesa seharusnya sudah tidur.
Sepertinya dia harus berbicara baikâbaik dengan Harvey.
Dini hari, pintu kamar dibuka oleh seseorang.
COIN BUNDLE: get more free bonus