Bab 218
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 218
Pak Niko melihat kaki babi yang menumpuk di mangkuknya seperti gunung kecil, kemudian dia mengangkat kepalanya melihat wajah Selena yang tulus.
Seketika dia tidak tahu apakah Selena benarâbenar tidak mengerti atau puraâpura bodoh, tetapi tatapan mata Selena begitu polos sehingga tidak ada tandaâtanda berpuraâpura yang terlihat.
Di usianya yang masih muda, sangat wajar jika dia tidak mengerti etika perjamuan di meja makan.
Lina sangat panik, apakah ini maksud âmengerti yang dikatakan Selena?
Jangankan kerja sama, sepertinya Pak Niko sudah ingin memblokirnya.
Kenyataannya, pria selalu lebih toleran dan sabar terhadap gadis cantik.
Lina melihat Pak Niko dengan hatiâhati, tetapi dia melihat Pak Niko sedang tertawa
bahagia tanpa ada rasa marah, âAnak muda memang bagus, dia sangat bersemangat.â
Lina melirik Selena dengan pandangan dingin, Selena puraâpura tidak melihatnya.
dan langsung kembali ke tempatnya sendiri.
âBaguslah jika Pak Niko suka.â
âSuka, suka, tentu saja aku suka makanan yang ditawarkan oleh gadis cantik.â
Pak Niko tersenyum dan dengan santai menjepit rebung di depannya dengan
sumpit, entah apa yang Selena lihat, dia memutar meja makan dan mengambil
makanan yang dia suka.
Lina membisu.
Bos sedang makan dan dia memutar meja lauk, Lina sekarang merasa sangat
menyesal karena sudah membawa Selena kesini.
âPak Niko, anak muda belum mengerti, mohon maafkan dia.â
Lina sudah lelah mengatakan kata âMaafâ ini, untung saja Selena cukup cantik, cantiknya sampai pria ini enggak memperhitungkan masalahâmasalah ini.
âNggak apaâapa, aku suka kepolosan dan keceriaan Selena, dia sangat menarik.â
Lina mengambil kesempatan melirik ke arah Selena, âSelena, tadi kita sudah telat datang, jadi kita harus minum tiga gelas alkohol untuk meminta maaf kepada Pak
Niko.â
Selena mengangguk, âBaik, Kak Lina, minumlah.â
Melihat dia menyetujuinya dengan cepat, Lina merasa sangat lega, untungnya kepolosan Selena tidak terlalu parah.
Kali ini Selena sangat mengerti, dia berdiri dan menuangkan alkohol untuk Lina, setelah menuangkan alkoholnya, dia berdiri dengan tangan tergantung di samping tubuhnya.
Lina batuk ringan, âAlkoholmu mana? Isi penuh juga.â
âAku?â Selena melihatnya dengan terkejut, âKamu sendiri yang bilang ingin minum
tiga gelas, aku nggak bilang aku mau minum.â
Lina hampir muntah darah, tetapi karena rasa hormat kepada Pak Niko, dia juga
tidak bisa berbicara terus terang, dia hanya bisa melotot ke arah Selena dan
mengeluarkan beberapa kata dari celah giginya, âKenapa kamu datang jika kamu.
nggak minum?â
Selena menatapnya dengan matanya yang enggak berdosa, âBukankah kamu yang
memanggilku untuk makan?â
Jariâjari Lina hampir saja menghancurkan gelas, tetapi Selena malah berkata, â
Tetapi, jika Kak Lina begitu suka minum alkohol, mungkin kamu bisa sekaligus
minum tiga gelas alkoholku juga.â
Dengan tepukan di meja terdengar, Pak Niko menghentakkan gelas alkohol ke atas
meja, senyuman di wajahnya sudah menghilang.
âKetua Lina, sepertinya karyawan baru mu ini sangat enggak menghormatiku, kita
batalkan saja kerjasama ini.â
Pengikut di sebelahnya juga berkata, âApaan ini? Enggak minum alkohol di
perjamuan? Jika kalian nggak ingin memberikan kehormatan ini kepada kami,
maka jangan harap kami akan bekerja sama dengan kalian.â
âPak Niko, mohon tenanglah, gadis ini baru mulai bekerja selama beberapa hari, dia masih belum mengerti, aku akan minum enam gelas alkohol sebagai hukumannya.â
Lina langsung meneguk segelas alkoholnya hingga habis, baru saja dia ingin menuang alkohol lagi, Pak Niko langsung memecahkan gelas minuman.
âNggak perlu, aku nggak suka memaksa orang, daripada kita semua nggak merasa
bahagia.â
Sambil berkata begitu, dia melempar dokumen kontrak ke tubuh Lina, âKetua Lina,
aku masih punya janji lain, aku pergi dulu.â
Ketika Pak Niko mengatakan kataâkata itu, dia terus menatap Selena secara terang- terangan, maksudnya sudah tersampaikan dengan jelas.
Dia membayangkan gadis ini yang langsung berdiri, mendekatinya dan memeluk lengannya.
Selena berdiri seperti yang dibayangkannya, tangannya terkulai di samping tubuhnya dan berdiri seperti pelayan restoran, âPak Niko, hatiâhati dalam perjalanan, jangan lupa bayar tagihannya.â