Bab 234
Antara Dendam dan Penyesalan
23
Bab 234
Selena tidak pernah berpikir untuk memprovokasi Agatha. Bagaimana bisa dia kembali secepat itu?
Dulu Agatha sangat membenci Selena. Kalau dia tahu Selena ada di kantor direktur, bukankah ini bisa membuat Grup Irwin kacau balau?
Ketika memikirkan tujuan utamanya datang ke Grup Irwin, Selena tidak akan membiarkan Agatha mengganggu rencananya.
Selena mendorong dada Harvey dengan mengerutkan alisnya untuk menunjukkan ketidaksabarannya.
Namun, Harvey mengabaikannya. Saat ini, seolahâolah Harvey sudah lama
merindukan Selena, seperti musafir yang akhirnya menemukan satuâsatunya mata air dan sama sekali tak mau melepaskannya.
Selena sudah panik. Ketika melihat Agatha yang hendak menerobos masuk, Harvey masih tidak berniat untuk melepaskan tangan Selena.
Agatha semakin tidak sabar. Jelasâjelas dirinya sudah menjadi tunangan Harvey, tetapi Chandra melihatnya seolahâolah bertingkah seperti pencuri.
âKenapa? Apa aku masih perlu membuat janji untuk bertemu dengan tunanganku?
Minggir.â
Jantung Selena hampir saja melompat. Dia berusaha keras untuk terlepas dari
pelukan Harvey.
Namun, orang gila yang tidak mau melepaskan Selena malah menyetujui
pernikahannya dengan Keluarga Wilson. Entah apa yang ada di dalam pikirannya.
Kamu kira Harvey sungguh menyukai Agatha, âkan? Kalau begitu, kenapa dia malah
tidak bisa melepaskan tangan Selena di saat seperti ini?
Mata besar Selena dipenuhi dengan amarah. Dia merendahkan suaranya dan berkata, âHarvey, apa kamu sudah gila?â
Harvey tersenyum dan menatap Selena dengan penuh minat.
Bisa jadi inilah sosok Selena yang sesungguhnya.
Selena seolahâolah berkeliaran seperti lalat tanpa kepala di ruangan sebesar itu. Kadang membuka lemari rak buku, kadang berbaring di atas lantai dan mencobal untuk bersembunyi di bawah sofa.
Setelah mencariâcari, Selena menemukan bahwa di kantor Harvey tak bisa
menyembunyikan seorang pun. Mau tak mau dia mengeluh dengan berbisik, âApa kamu nggak punya kamar suite?â
âApa?â
âLagi pula aku hanya mantan istrimu. Kalau ketahuan Agatha, aku bisa kena
masalah.â
Perkataan Selena membuat Harvey merasa tidak senang, seolahâolah mereka berdua memiliki hubungan yang memalukan.
âKamu juga tahu kamu adalah mantan istriku. Itu bukan hal yang memalukan,â kata
Harvey dan cengkeraman tangannya semakin erat.
Selena memelototinya dengan tatapan dingin dan berkata, âDi mata Agatha, kamu
pikir dia bisa menerimaku? Aku melakukan hal seperti ini demi kebaikan kita
bersama.â
Tentu saja yang terpenting adalah diri Selena sendiri. Dia tidak ingin diusir sebelum dia mengetahui sesuatu.
Ketika mendengar suara ribut dari pintu, pada detik selanjutnya Agatha hendak
mendobrak pintu.
Harvey berdiri dan mendorong rak buku. Ternyata di belakang ada kamar suite yang
bisa digunakan untuk dirinya istirahat.
Selena buruâburu masuk ke dalam.
Saat ini Agatha yang sedang berurusan dengan Chandra pun membuka pintu.
Tatapan Agatha menyapu sekeliling dengan cepat dan hanya melihat Harvey duduk
di belakang meja sambil memegang pulpen dan membaca dokumen.
Harvey mendongak perlahan dan mata gelapnya menatap wajah Agatha dengan
kesal.
Terdengar suara tidak sabar dari suara Harvey, âBuat apa kamu ke sini?â
Ketika Agatha hendak membuka mulutnya, dia menyadari ada sedikit darah di bibir
Harvey dan tumpukan dokumen berserakan di lantai di samping meja.
âAku datang untuk melihatmu, lalu aku akan pulang.â
Agatha berjalan dengan tenang menghampiri Harvey dan akhirnya tatapannya berhenti di bibir Harvey, lalu bertanya dengan dingin, âHarvey, ada apa dengan
bibirmu?â
âTergigit.â
âSiapa yang gigit?â tanya Agatha dan langkah kakinya semakin cepat. Wajahnya pun
tampak agak cemas.
Tatapan mata Harvey yang dingin tertuju pada wajah Agatha dan suaranya
terdengar tetap tenang, âAku sendiri yang gigit. Atau menurutmu siapa yang gigit?â
Bagaimana bisa sikap pasangan yang sudah tunangan bisa sedingin itu seperti menolak orang yang jauhnya ribuan kilometer?
Ini jelas seperti tatapan pada orang asing.