Bab 270
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 270
Dibandingkan dengan Agatha yang panik, Selena malah terlihat lebih tenang.
Karena dia tahu betul, bahkan jika diulang, pilihannya akan tetap sama,
Realtu dia memejamkan mata, dia bisa membayangkan punggung Harvey saat Harvey berenang ke arah Agatha di lautan yang dingin tanpa memedulikan diri sendiri.
Hal itu telah menghantulnya seperti mimpi buruk selama satu tahun, dan Selena akhirnya berhasil keluar dari mimpi buruk itu baruâbaru ini dengan keinginan untuk memulai kemball.
âKenapa⦠âSelena bergumam.
âApa?â
Selena sedikit mengangkat dagunya. Meskipun dia sekarang berbaring di tanah dengan posisi yang sangat memalukan, dia masih mempertahankan harga dirinya.
âMengapa harus selalu bermain permainan seperti Ini? Memangnya seru?â
Pihak lawan tertawa. âMana mungkin tidak seru? Melihat Harvey membunuh orang yang dicintainya dengan tangannya sendiri, aku rasa akan sangat seru.â
Berkaliâkali Selena hampir melepaskan diri dari tali yang mengikatnya, tapi dia terus menahan diri, karena dia tahu kalau dia melepaskan diri sekarang, semuanya akan berakhir.
âKalau kamu menyukainya, bersainglah secara adil. Memangnya apa yang bisa kamu dapatkan dengan cara seperti ini?â Selena bertanya tanpa seganâsegan.
Meskipun pihak lawan terus menyembunyikan diri dengan baik dan sulit dibedakan apakah seorang pria atau wanita, Selena masih cenderung percaya orang tersebut adalah seorang wanita.
Kalau memang dia adalah seorang pria yang bermusuhan dengan Harvey, biasanya pria akan memilih cara yang lebih langsung dan kasar.
Mana mungkin menghabiskan energi dan waktu selama beberapa tahun, dan rela bersusah payah menangkap dirinya dan memaksa Harvey memilih.
Ini jelas sekali tindakan seorang wanita, dan wanita ini tidak hanya kejam, tetapi juga seorang psikopat.
Namun, targetnya adalah wanita yang berada di sisi Harvey. Kalau begitu, selama dua tahun terakhir â selama hubungan Selena dengan Harvey sedang memburuk, kenapa yang menempati posisi di sisi
Harvey malah Agatha?
Orang ini begitu mengenal Harvey, seharusnya jika dia mau, dibanding dengan Agatha, dia akan lebih mudah mendekati Harvey.
Sayangnya, selama dua tahun terakhir, satuâsatunya orang yang dekat dengan Harvey adalah Agatha, tidak ada wanita lain.
Jika bukan karena Harvey, kenapa juga dia sampai harus repotârepot? *
Dengan masih adanya begitu banyak pertanyaan di benaknya, Selena ingin segera melepaskan penutup matanya dan melihat siapa sebenarnya lawannya.
Pihak lawan sepertinya juga bisa menebak pikiran Selena, dan berkata dengan dingin. âAku akan bisa mendapatkan kebahagiaan yang tidak bisa kamu bayangkan. Tahu kenapa aku tidak membunuhmu? Terlalu mudah kalau kamu mati begitu saja. Aku justru ingin melihatmu berjuang di dunia fana yang kotor ini dan membuatmu merasakan semua penderitaan di dunia.â
Selama ini Selena hanya bisa menebakânebak tujuan lawannya, tapi jawaban yang dia dengar cukup membuatnya terkejut.
Dia bertanyaâtanya dalam hati mengapa wanita ini begitu membencinya, padahal baik dulu maupun sekarang, dia tidak pernah menyakiti siapa pun.
âApakah kita pernah bertemu?â Selena tidak bisa menahan diri untuk bertanya, âMengapa kamu begitu. membenciku?â
Kebencian yang begitu besar, sampaiâsampai kematian Selena terasa melegakan baginya, dan dia ingin Selena hidup seperti di neraka.
âPertanyaan ini, kamu bisa tanyakan kepada dewa neraka.â
âKamu ingin aku mati, setidaknya sebelum aku mati, aku pantas tahu kenapa. Kalau aku pernah menyakitimu, aku tidak ingin mati dengan rasa bersalah yang tidak jelas.â
âDasar bodoh, aku tidak punya banyak waktu luang untuk mengobrol denganmu, permainan akan segera
dimulai.â
Saat ini di pulau bunga sakura, semua awak media sudah siap. Namun, semuanya terkejut karena Agatha Wilson, si pemeran utama wanita, malah belum muncul.
Maisha mengangkat ujung roknya dan tanpa keanggunannya yang biasa, berlari tergesaâgesa ke sisi
Harvey.
âHarvey, ada masalah besar! Agatha hilang.â
Tepat pada saat ini, layar besar yang sedari tadi menampilkan fotoâfoto Agatha tibaâtiba terputus sinyalnya, dan sebuah suara yang tidak dikenal terdengar, âHalo, apakah upacaranya sudah dimulai? Saya tidak terlambat, âkan?â