Bab 355
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 355
Harvey tidak menyangka Selena bisa mengenali Lanny hanya dari sepasang matanya.
Situasi saat ini seperti mengeluarkan jantung dan menggorengnya di atas panci.
Selena tampaknya takut Harvey tidak percaya, lalu dia meneguk sedikit lemon untuk melembapkan tenggorokan dan melanjutkan. âAku tahu kebenarannya sangat nggak masuk akal, tapi aku yakin itu dia. Asal kita ambil tulang Kezia buat dites, kebenaran bakal terungkap.â
Harvey menggenggam gagang pisau eratâerat dan menjawab dengan suara rendah. âNggak bisa.â
âKenapa?â
âDia sudah dikremasi dan suhu panas yang tinggi bisa merusak sel DNA. Andai aku setuju buat buka petinya, isinya juga cuma abu.â
Tubuh Selena jatuh lunglai di sandaran kursi, suaranya agak gemetar. âGimana bisa gini? Tapi tadi pagi aku pergi ke makamnya, terus aku lihat banyak tanah yang digali, seolah ditutup buruâburu. Mungkinkah ada orang yang gali makamnya sebelum kita?â
Punggung Harvey terlihat tegang, tidak menyangka kalau Selena pergi ke sana.
âAku bakal minta orang buat menyelidiki.â
âItu pasti orang dari Poison Bug yang ambil beberapa barang bukti, tapi ini juga dapat membuktikan â¦â
Harvey memotong ucapannya. âBuktikan apa? Kalau adikku adalah pembunuh?â
Selena tahu saat adiknya disebutkan, Harvey pasti langsung tidak senang.
âSaat ini adikmu memang dicurigai seperti itu.â
âLalu, apa motif pembunuhannya? Kalau memang dia pelakunya, kenapa dia harus bertindak seperti itu?
Buat apa menghabiskan banyak tenaga dan sumber daya buat membunuhmu. Kebencian macam apa
yang dia miliki terhadapmu saat dia menghilang sewaktu kecil?â
Selena menjelaskan dengan cemas. âAku nggak tahu apa motifnya, tapi dia beneran pengin membunuhku, Kemarin malamâ¦â
Sebelum Selena selesai menceritakan kejadian kemarin malam, Harvey langsung memotong ucapannya dengan gusar. âCukup! Aku sudah muak dengar omongan konyolmu!â (2)
âAku tahu kesimpulan kayak gini terdengar konyol dan nggak masuk akal. Tapi apa kamu nggak mau menyelidiki siapa yang merusak hubungan dan membodohi kita?â
âTentu saja aku bakal cari tahu.â
Harvey menyembunyikan perasaan bersalahnya dengan menunduk.
Melihat Selena masih ingin bicara, Harvey mendorong bistik sapi itu ke arahnya. âSudahlah, makan dulu. Aku bakal urus masalah ini.â
Selena tahu Harvey tidak ingin bicara lagi, jadi dia hanya diam.
Mereka berdua tidak bicara lagi sampai selesai makan. Selena menyeka mulutnya, lalu berdiri.
âAku sudah kenyang. Hari sudah larut, aku pergi dulu.â
Harvey menusukkan pisau ke piring dengan kuat. âPergi? Mau pergi ke mana?â
âKedatanganku ke sini nggak mengubah apaâapa. Kita sudah bercerai, sebaiknya nggak usah bertemu
lagi.â
âApa kamu mau cari pria dari keluarga Stellar itu?â
Selena merasa tidak senang mendengarnya. Supaya tidak terjadi perdebatan, dia mengendalikan emosi dan menjelaskan dengan tenang. âSudah kubilang dia cuma kuanggap sebagai adik lakiâlaki. Nggak ada
hubungan apa pun di antara kami.â
âKamu nggak ada perasaan apa pun dengannya, tapi kamu yakin dia juga berpikiran gitu?â
âAku â¦â
Harvey menghampirinya. âSeli, nggak ada pria yang bersikap baik sama wanita tanpa maksud tertentu. Di dunia ini nggak ada hal baik yang terjadi secara cumaâcuma.â
Jari Harvey menyentuh dagu Selena. âKamu tahu seberapa besar usaha, waktu, dan uang yang sudah dihabiskan buat membawamu pergi? Keluarga Bennet sudah bangkrut, keuntungan apa yang bisa dia dapatkan? Seli, Dewa menentukan imbalan untuk setiap perbuatan. Menurutmu apa yang dia inginkan?â
Selena tidak setuju dengan pendapatnya. âHarvey, jangan mikirin orang lain serendah itu. Cuma karena kami sudah berhubungan sejak kecil, kamu bersikap dingin dan menganggap semua orang sama
sepertimu?â