Bab 438
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 438
Olga tersedu sambil menatap Selena dengan bingung. âKabar balk.â
Selena secara perlahan mengusap perut. Dia menunduk dengan ekspresi penuh kebahagiaan.
âAku hamil,â
âAh?â
Olga hampir tersedak ludahnya. âKabar buruknya?â
âAyahnya adalah Harvey.â
Perlu waktu lama bagi Olga untuk mencerna kabar ini. Mulutnya melongo, tetapi tidak bisa berkataâkata.
Setelah menenangkan diri sesaat, Olga akhirnya mengeluarkan suaranya. âJadi, meski kamu sedang hamil, dia milih menikahi Agatha? Apa dia gila? Apa mereka memang harus menikah?â
Selena menggelengkan kepala. âDia nggak tahu aku hamil. Sebenarnya, dia nggak tahu kami pernah melakukannya.â
âJadi, bayi tabung?â Mata Olga berkedipâkedip. âMeski penampilannya lumayan, bukan cuma dia pria tampan di dunia ini. Kenapa kamu nggak coba perluas jangkauan, cari pria berambut pirang dan mata biru biar punya anak blasteran?â
âImajinasimu terlalu liar. Dia cuma lagi sakit waktu melakukannya, jadi nggak sadar.â
âAku heran, bisaâbisanya pria bedebah ini nggak sadar punya anak. Lalu, kamu mau apa? Jangan- jangan mau melahirkannya?â
âYa, aku mau melahirkannya,â jawab Selena
Olga langsung membantah. âSelena, kamu gila! Kamu nggak boleh melahirkan. Pikir baikâbaik, janin dalam kandunganmu mungkin bakal mempercepat pertumbuhan tumor. Tubuhmu sudah lemah, kalau nutrisimu terus diambil lewat plasenta, mungkin kamu sudah mati duluan sebelum bayimu lahir.â
âOlga, aku sudah mikirin yang kamu bilang.â
âKalau sudah tahu, jangan ambil risiko. Aku paham kamu belum bisa melupakan keguguran bayimu sebelumnya. Tapi sekarang bukan waktunya bertindak berdasar perasaan. Baru belakangan ini kondisimu stabil dan itu pun setelah susah payah. Bagaimana kalau kamu tunggu sampai lima tahun, baru pikirin punya anak lagi?â
Selena menggeleng. âKamu belum pernah jadi ibu, nggak tahu gimana rasanya mengandung kehidupan yang berkembang dalam perutmu. Aku gagal melindungi kakaknya, kali ini aku harus melindunginya sepenuh hati.â
+15 BONUS
Olga menyanggah panjang lebar sampai bibirnya kering, tetapi Selena tidak mengindahkan sama sekali.
Benar adanya setelah susah payah bangkit dari trauma masa lalu, kabar ini sangat menggembirakan. Bagaimana mungkin Selena bersedia melukai anaknya lagi dengan tangannya?
âKalau kamu bersikeras, aku nggak bisa bantah.â
*Olga, aku nggak punya pilihan. Kukira aku nggak bakal punya anak lagi. Bayi ini adalah hadiah yang Dewa berikan padaku.â
âKalau tumormu makin besar, apa yang kamu lakukan?â
âBisa dipikir nanti, aku bakal hadapi satu per satu. Jujur aja, aku nggak tahu gimana jadinya, tapi sekarang aku pengin memikul tanggung jawabku sebagai ibu.â
Olga mendesah. Apa boleh buat.â
âOlga, selain menjenguk, aku juga mau minta bantuan.â
âKatakan aja, pasti kubantu.*
*Aku mau periksa kandungan, tapi jangan sampai Harvey tahu.â
âYa ampun, aku nggak bisa menolak, âkan?â
Olga mengusap perut Selena. âSebagai bibinya, aku mau ikut merawat bayi ini. Biar kuminta bantuan ketua kelas, nanti kubilang aku yang hamil
Selena tersenyum lembut. âMakasih, Olga.â
âMakasih buat apa? Siapa suruh bayi ini jadi keponakan kesayanganku?â