Bab 557
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 557
Olga antusias saat meraih tangan Selena. âBuat tanda perpisahan? Memangnya kamu mau ke mana?â
âJangan khawatir, aku hanya ingin cari tempat istirahat sebentar,â balas Selena menenangkan.
Olga mengamati Selena tampak begitu muram, seakanâakan tidak bersemangat sedikit pun. Kini.
sikapnya begitu dingin. Dia pun merasa, Selena memang berniat melepas penat.
âApa kamu mau pergi begitu lama?â
âHm, sepertinya begitu.â
âMeninggalkan tempat yang membuat sedih memang pilihan yang paling baik,â ujar Olga, mengiakan
jawaban Selena.
Biasanya, Olga adalah sosok yang ceria. Entah bagaimana sebabnya, Selena rasa, Olga tak mampu
menghiburnya saat ini. Luka yang dia alami tidak bisa dipulihkan hanya dengan kataâkata.
Selena hanya mampu melampiaskan kesedihan dan amarahnya pada selera makan. Karena itu, Olga
memesan banyak hidangan mahal.
âMakanlah, ini kaviar kesukaanmu. Kakakmu ini sekarang sudah punya banyak uang, jadi nggak perlu
sungkan.â
Selena mengulas senyum, kemudian berkata, âPelankan suaramu. Orangâorang bisa mengira kamu ini
seorang Tuan Tanah yang kaya.â
âNggak usah takut! Aku sukses pun karena kemampuanku sendiri. Selena, jujur saja dulu waktu di SMA, tuh, kamu sudah banyak membantuku. Kupikir suatu hari nanti aku pasti bisa meraih kesuksesan dan
membuatmu bergantung balik padaku.â
âSekarang kamu makin pintar, ya!â seru Selena, saksi atas tiapâtiap perkembangan seorang Olga.
Olga berbeda dengannya. Dia dibekali naluri bisnis sejak lahir. Dulu, dia memang terikat hubungan dengan pria. Akan tetapi, sekarang, masa depannya akan penuh kejayaan tanpa seorang pria.
lãnh
âAkhirnya, kamu bisa ketemu sama jalan hidup yang sesuai keinginanmu,â ujar Selena, merasa sangat
bahagia untuk Olga.
Kemudian, mereka berdua makan bersama, jalanâjalan, dan menonton film seperti masaâmasa kala
mereka masih pelajar.
+15 BONUS
Senyuman terus diulas Selena sepanjang waktu hingga gelap mulai turun membalut hari.
Saat tiba waktunya mereka berdua berpisah, Olga sontak berkata, âTunggu.â
Dia berbalik dan masuk ke toko aksesori di daerah sana. Tak lama kemudian, dia keluar dengan sebuah syal. Lalu, dia melingkarkan syal tersebut ke leher Selena.
âNggak peduli apa pun yang kamu pilih selanjutnya, jika kamu kelelahan, selalu ingat kalau aku akan ada di belakangmu. Jaga dirimu baikâbaik, ya. Semisal memungkinkan, kirimi aku pesan sesekali agar aku tahu kamu memang baikâbaik saja. Dengan begitu, aku pun akan tenang,â pesan Olga.
â⦠Oke.â
âKalau memang nggak enak badan, jangan sok kuat. Sesekali kamu juga perlu terlihat lemah pada saat- saat tertentu. Wanita seperti kita nggak harus selalu bersikap tegar!â
â⦠Paham,â jawab Selena, masih sama singkatnya.
Kemudian, Selena menambahkan, âAku akan berbahagia.â
âHm, kamu harus melakukannya.â
Selena menyeka air matanya. âOlga, selamat tinggal,â pamitnya.
Dia naik ke mobil, menyalakan mesin, lalu melihat sekilas ke arah belakang. Terlihat Olga yang masih berdiri di tempatnya sedang mengawasi kepergiannya dan masih berada di sana sampai dia berlalu
beberapa saat kemudian.
Samarâsamar, Selena merasa sedih karena semua harus berakhir sampai di sini.
Pada musim penghujan ini, Selena putuskan untuk meninggalkan sang masa lalu sepenuhnya.
Setibanya di rumah, sang nenek dan Benita tengah merencanakan menu untuk besok.
Selena langsung masuk ke kamarnya, bergegas beresâberes sambil ditemani hujan yang lebat.
Satu tahun ini rasanya cepat sekali.
Harvey mendorong pintu, lantas mendapati punggung Selena. Dia memperhatikan Selena yang tak
bergerak bagai patung boneka.
Harvey bertanya, âKamu benarâbenar sudah memutuskannya?â
âHm,â respons Selena melalui dehamnya.
ACHUS
âSebenarnya nggak perlu buruâburu begini, sih. Tunggu sampai musim kemarau tahun depan saat bungal -bunga bermekaran, cuaca pun akan lebih hangat dan momen itu pasti sangat membahagiakan.â
Selena berbalik seraya bicara, âBuatku, di mana pun lokasiku, semua sama saja macam neraka. Memangnya datang dari mana, sih, kebahagiaan musim kemarau dalam hidupku? Harvey, kalau kamu
benarâbenar cinta denganku, lepaskan aku.â
Harvey menelan kasar ludahnya. âKamu harus tahu, Gunung Api Guntur bukanlah tempat biasa. Jika
kamu masuk â¦
âAku paham. Akan kuhadapi segala macam bahayanya.â
Selena tersenyum, kemudian melanjutkan, âBukankah kita masih ada di satu kehidupan? Aku akan kembali hidupâhidup, seperti yang pernah kamu lakukan dulu.â
Harvey terusâmenerus menatapnya, lalu berakhir dengan dirinya yang menghela napas putus asa.
âNggak ada cara yang bisa menghentikanmu,â pasrah Harvey.
Tak lama, Selena kembali buka suara, âHarvey, tolong lakukan satu hal lagi untukku.â