Bab 75
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 75
Pria itu menyeringai dengan ekspresi dingin, lalu meraih pergelangan tangan Selena dengan satu tangannya. Dia menarik tubuh Selena ke dalam pelukannya, lalu membungkuk untuk memeluknya.
Tindakannya ini tidak ada sedikit pun kelembutan. Sikapnya sedikit kasar karena amarah, lengannya dengan erat mengunci di lekukan kaki Selena.
Selena secara naluriah mengayunkan jariâjarinya dan tidak sengaja menyentuh leher Harvey, Selena pun terkejut dan segera menarik tangannya kembali, tetapi sisa kehangatan itu tetap tertinggal di ujung jarinya.
âHarvey, lepaskan aku!â Selena meronta dengan lemah, rontaannya tidak berhasil mengguncang
tubuh Harvey sedikit pun.
Dia pun hanya bisa membiarkan Harvey menggendongnya berjalan di tengah hujan. Langkah kaki Harvey yang menginjak genangan air itu mengeluarkan suara âsplash, splashâ.
Dia tidak mengatakan sepatah kata pun selama berjalan. Keheningan seperti itu sangat menyesakkan. Selena digendong kembali ke ruang perawatan olehnya.
Ruangan yang hangat seperti musim panas itu perlahanâlahan menghangatkan tubuhnya yang
dingin.
Harvest yang tidak tahu apaâapa, berjalan ke arah Selena dengan terhuyungâhuyung, seolahâolah ingin memeluknya.
Selena secara naluriah membuka lengannya ingin memeluk Harvest yang menangis terisak.
Harvey meraih Harvest dari belakang lehernya dengan satu tangan, lalu mengangkatnya. Suaranya terdengar sangat dingin, âAntar anakku pulang.â
âSiap!â Chandra menghela napas lega setelah melihat Selena selamat.
Hansen memeriksa tubuh wanita itu, kemudian memberinya infus lagi. Dia berkata dengan sabar, âJumlah sel darah putih di tubuhmu sangat rendah. Jangan pernah memaksakan diri lagi. Kalau tidak, Tuhan pun tidak akan bisa menyelamatkanmu.â
Selena mengangguk, sosoknya tampak seperti boneka kain yang inenatap langitâlangit putih di
atas kepalanya â
Harvey sudah lama menghilangkan harapan Selena, bahkan tidak memberinya kesempatan
untuk mati. Apa lagi yang bisa Selena lakukan?
âAku sudah tahu.â
+15 BONUS
âKamu sebaiknya belajar untuk patuh.â Harvey mengalihkan pandangannya dari wajah Selena dengan dingin, lalu pergi dengan cepat dari ruangan itu.
Hansen mengikutinya dengan hatiâhati di belakang, tetapi hawa dingin yang menyelimuti Harvey
tidak bisa hilang.
Harvey tibaâtiba berhenti, sehingga Hansen pun terpaksa menghentikan langkahnya.
Saat Harvey menoleh, Hansen melihat wajahnya yang bagaikan tertutup awan gelap. Suara Harvey bahkan terdengar semakin dingin dan mengerikan. âPeriksa dengan baik mengapa sel darah putihnya begitu rendah,â ujar Harvey.
Hari ini segala sesuatunya terasa aneh, Selena bahkan tanpa raguâragu melompat dari gedung.
Jelasâjelas Selena selalu sehat, tetapi kenapa setelah demam, sel darah putihnya jadi rendah?
Setelah menghubungkan kondisi saat ini dengan kondisi Selena yang sering pingsan beberapa waktu lalu, Harvey pun merasa bahwa masalahnya tidak sesederhana itu.
Hansen mengangguk dan berkata, âBaiklah, Pak Harvey. Besok aku akan melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada Nyonya. Pak Harvey jangan khawatir. Meskipun Nyonya sudah dua tahun tidak melakukan pemeriksaan kesehatan, berdasarkan kondisi kesehatannya dua tahun lalu. selain penyakit akut, umumnya tidak akan muncul penyakit kronis.â
âSebaiknya begitu.â
Hansen mengangguk dengan hormat, lalu pergi. Dia takut akan membuat Harvey marah lagi di
saat seperti ini.
Dia segera kembali ke kantornya untuk mencetak formulir pemeriksaan yang harus dilakukan
Selena
Malam itu, demam Selena akhirnya turun. Hingga tibalah keesokan paginya.
Saat masih tertidur lelap, seseorang membangunkan Selena, âNona Selena, waktunya untuk
menjalani pemeriksaan *
Selena yang kepalanya terasa pusing, tibaâtiba tersadar dan berkata, âAda apa?â
Perawat menjelaskan dengan sabar, âNona Selena masih perlu menjalani pemeriksaan lebih
lanjut â
Begitu Selena mendengar kata âpemeriksaan, rasa dingin menjalar di punggungnya âApakah
Harvey telah menyadari sesuatu?â pikunya