Bab 769
Antara Dendam dan Penyesalan
Bab 769
Lewis merasa lega setelah melihat keadaan Selena sekarang. âTadinya aku berpikir kalau kamu akan merasa kasihan padanya, takut kamu menyesali keputusanmu sendiri. Tapi setelah melihatmu benar- benar melepaskannya, aku juga merasa lega.â
âDokter Lewis, Selena yang dulu sudah mati di laut itu. Jalan ini adalah pilihanku dan aku nggak akan
menyesal.â
Lewis tibaâtiba teringat saat dia bertanya apa Selena menyesal menikah dengan Harvey. Selena juga menjawab dengan tenang dan bijaksana seperti sekarang.
Dia tidak menyesal.
Hanya saja Selena yang sekarang punya pandangan yang tegas seperti burung foniks yang terlahir kembali dari abu dengan membawa semangat yang tak tergoyahkan.
âAku nggak akan pernah menyerah pada hiduku sebelum menyelesaikan apa yang harus aku lakukan.â
Selena berjuang matiâmatian tidak hanya untuk melarikan diri dari Harvey, tetapi juga karena masih punya banyak hal yang belum selesai.
Mencari tahu siapa yang terus mengendalikan orang lain untuk membunuhnya di belakang layar dan
menemukan satu orang lagi.
Setelah ingatannya pulth, Selena baru ingat kalau dia bertemu dengan George di pusat perbelanjaan
saat kehilangan ingatan.
George memeluk sepasang bayi kembar di pangkuannya. Pada saat itu, Selena merasa akrab dengan
kedua anak itu.
Hal yang terpenting adalah Selena memeluk salah satu dari kedua anak itu dan beratnya sekitar tiga sampai empat kilogram. Itu hampir sama dengan berat bayi yang baru lahir.
Namun, George menggendongnya dengan tegak. Bayi hanya bisa digendong secara mendatar karena
lehernya belum berkembang dengan baik sebelum usia tiga bulan.
Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan, kedua anak itu adalah bayi prematur sehingga mereka
jauh lebih kecil dibandingkan dengan anakâanak seumuran mereka.
Saat Selena hamil, George menembaknya sebagai peringatan kepadanya. George satu komplotan dengan orangâorang itu, tetapi George ingin melindunginya.
Jika menghitung harinya, kemungkinan besar bayi yang George adalah sepasang bayl kembar yang Selena lahirkan sendiri.
Sayangnya, saat itu Selena melupakan semuanya, tidak datang tepat waktu, dan melewatkan kesempatan yang baik.
Saat memikirkan anaknya yang masih hidup, keinginan Selena untuk bertahan hidup menjadi makin kuat.
Lewis mengobrol dengannya sebentar lalu bertanya, âSelena, apa rencanamu selanjutnya?â
âKak Lewis, aku ingin bekerja sama dalam pengobatan dan melakukan kemoterapi kedua.â
âTapi situasimu sekarangâ¦â
Selena menjelaskan dengan jujur, âSetelah aku menjalani kemoterapi dua tahun yang lalu, hasilnya sangat baik. Setelah itu, aku terus mengonsumsi obat anti kanker dan perutku sudah lama nggak sakit lagi. Tapi setelah itu, Harvey menyuntikkan obat amnesia untuk memperbaiki hubungan kami dan penyakitku tibaâtiba memburuk dalam waktu singkat. Bahkan kemoterapi nggak berguna lagi. Setelah itu, Harvey mengembalikan ingatanku, jadi aku curiga kalau obat yang membuatku amnesia menyebabkan penyakitku memburuk dengan cepat. Sekarang efek obatnya sudah hilang dan tubuhku mulai membaik perlahanâlahan. Jadi kemoterapi adalah satuâsatunya cara untuk saat ini.â
âMeski tubuhmu sudah agak membaik, efek samping dari kemoterapi kedua akan lebih parah daripada
sebelumnya.â
âAku nggak takut mati, apalagi takut hidup. Dokter Lewis, aku serahkan penyakitku padamu.â
âBaik, asalkan kamu punya keyakinan.â
Selena hanya punya satu pikiran sekarang. Dia harus bertahan hidup dengan cara apa pun!
Dia sudah melewati 21 hari. Lewis mempersiapkan obat dan memulainya malam itu juga.
*Selena, kalau ada yang nggak nyaman, beri tahu aku.â
âYa, ayo kita mulai.â
Sekarang, dia tidak peduli dengan tubuhnya, asalkan bisa hidup.
Selena tidak tahu kalau ada seseorang berdiri di atas gunung di seberang vila.
Harvey berdiri dengan tangan di belakang punggungnya. Angin gunung menerpa rambutnya dan cahaya bulan menerangi wajahnya sehingga membuat ekspresinya terlihat makin dingin.
âNyonya sudah pasti ada di sini.â