Bab 142
Ruang Untukmu
Bab 142 Dalam mimpinya, Tasya berjanji pada ibunya kalau dia tidak akan membayar kembali keluarga Prapanca. Begitu dia membuka matanya, hari sudah pagi. Saat sedang bercermin, wanita itu melihat kalau matanya yang agak bengkak sekarang terlihat lebih kuyu.
Setelah mengantar putranya ke sekolah, wanita itu pergi bekerja. Suat dia memasuki lift, dua wanita di depannya dengan sengaja berbicara dengan suara keras, âIlai! Bukannya ada piala di etalase tadi?
Kenapa bisa hilang?â
itu lidapat dari hasil puraâpura yang sangat âSaya dengar palanya dikembalikan. Penghargaan hebat sampai seseorang terlalu malu menerimanya âYa ampun, kalau itu saya, saya bahkan tidak mau meninggalkan rumah. Apalagi datang untuk bekerja!â
âApa kalian berdua membutuhkan pengeras suara supaya kalian bisa didengar?â tanya Tasya pada mereka.
Keduanya meliriknya Tasya, âAh, Nona Tasya, kami tidak bilang siapa yang kami bicarakan! Apa Anda mengakui kalau itu Anda?â
âIya, kami sedang membicarakan orang lain. Jangan salah paham sekarang. Nona Tasya.â
Di saat itulah, lift berhenti di lantai tempat Departemen Desuun. Begitu Tasya keluar dari lift, salah satu wanita lilaâtiba menjulurkan kakinya dan hampir membuatnya tersandung, Dia lalu berbalik memclototi si wanita dengan maralunya âSaya minta mand, Nona Tasya,â kata wanita itu meminta maal yang dibuatâbuat meskipun dia meskipun jelasâjelas sengaja melakukannya.
Setelah berjalan dengan tcrengahâengah, Tasya berjalan ke kantornya. Maya sudah merapikan mejanya dan dan bahkan menuangkan secangkir kopi untuknya. Pada pukul sepuluh pagi, Felly mengadakan rapat departemen Tasya yang terlihat agak lesu segera duduk dan memainkan pulpennya. Ruang rapat yang bising tibaâ
tiba menjadi sangat diam. Ketika dia mengangkat kepalanya, wanita itu bisa melihat sosok Elan yang tinggi dan tampan memasuki ruang rapat. Pria itu tidak menghadiri pertemuan selama beberapa hari dan Tasya tidak tahu kenapa Elan ada di sini sekarang.
Walaupun begitu, wanita itu menundukkan kepalanya lagi dengan enggan untuk memperhatikan si pria. Sementara itu, begitu Elan menarik kursi dan duduk di sebelalı Tasya, Felly menyapa dengan hormat, âSelamat pagi, Pak Elan.â
âMari kita mulai,â Elan berkata dengan suara rendah sambil menatap wanita di sebelahnya, Tasya terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal Lalu, Felly tibaâtiba memanggil namanya.
âTasya...â
Sibuk dengan pikirannya sendiri, Titsya gagal merespon Felly. Semua orang menatapnya dengan heran, Berani sekali wanita in bengong salat Elan duduk di sebelalunya!
âTasya, apa Anda mendengarkan saya?â tanya Felly yang meninggikan suaranya.
Tibaâtiba, Tasya kembali tersadar dan menyadari kalau dia sedang dipanggil. Wanita itu mengangguk dengan cepat, âOh! Silakan lanjutkan, Bu Felly.â
âKita baru saja menerima pesanan khusus pribadi. Klien meminta Anda untuk mendesain satu set perhiasan untuknya. Anda seharusnya tidak keberatan dengan itu, bukan?â
Mengingat Tasya kekurangan uang saat ini, dia tidak ragu untuk mengangguk, âTentu saja.â
Sementara itu, orang yang duduk di seberang Tasya adalah Alisa yang terus menurunkan kerah blusnya sedemikian rupa sampai blusnya tidak berbentuk Wanita itu jelas sengaja memperlihatkan belahannya ke Elan. Tentu saja, Tasya bisa melihat apa yang dilakukan Alisa. Dia menopang dagunya dan mencibir Alisa, âSebaiknya Anda berhenti menarikânarik blus Anda atau blus Anda akan robek nanti.â
Alisa yang tersipu malu melirik Elan sebelum memelototi Tasya. Bahkan Felly terbatuk ringan karena malu. âTolong jaga sikap kalian.â
Mengingat Alisa hanya melakukan ini agar dilihat Flan, wanita itu tidak menyangka kalau Tasya akan mengeksposnya secara langsung.
âApa ada yang ingin Anda tambahkan?â Felly bertanya sambil menatap Elan saat ini.
âTasya Merian, tetap di sini. Sisanya, silakan pergi,â perintah Elan dengan pelan.
Sekali lagi, Tasya menerima tatapan iri dan benci dari orangâorang yang hadir. Akan tetapi, dia tidak punya pilihan selain tetap di sana ketika Felly membubarkan rapat dan menutup pintu ruang rapat.
âTolong berhenti mengganggu bisnis ayahku ke depannya. Walaupun begitu, aku berterima kasih atas bantuan yang kamu tawarkan dulu,â ujar Tasya sambil menatap Elan dengan sungguh sungguh.
Bagaimanapun, wanita itu harus berterima kasih pada Elan.
âAku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan, Tasya. Kamu tidak perlu merasa bersalah,â
kata pria itu yang menatapnya dalamâdalam.
âTidak, ayahku berhutang padamu dan aku akan membayarmu kembali atas namanya mulai sekarang.â
Mengingat dia masih tidak ingin ayahnya tahu tentang ini, Tasya harus membayar kembali Elan atas nama sang ayah, Next Chapter