Bab 222
Ruang Untukmu
Bab 222 âSepertinya Anda bekerja di dekat sini! Saya bekerja di Perusahaan Kristalia. Kalau Anda?â
âSaya kerja di Atelir Perhiasan Jewelia.â
âWow! Tempat kerja kita dekat!â seru laki-laki itu.
Tasya menatap keluar jendela dan melihat gedung Perusahaan Kristalia yang ada di luar. Dia pun tersenyum dan berkata, âIya! Saya bisa melihat gedung kantor Anda dari sini!â
âKalau begitu, saya akan menunggu Anda di depan gedung kantor Anda sekitar pukul 11:30. Nanti Anda bisa mengambilnya.â
âTerima kasih banyak!â
âSama-sama.â
Setelah itu, Tasya menutup teleponnya dan kembali ke ruangan rapat. Setelah rapat selesai, Felly mendekati Tasya. âKamu pasti mau mentraktirnya makan siang, benar kan?â
Tasya menganggukkan kepalanya. âRencananya memang seperti itu.â
âSepertinya dia tampan! Aku penasaran bagaimana wajahnya,â goda Felly.
Tasya pun juga merasa kalau laki-laki itu cukup ramah. Dia mengira kalau laki-laki itu adalah sosok pekerja keras.
Pukul 11:20, Tasya turun dan menunggu laki-laki itu di depan gedung kantornya. Dia merasa lega karena bertemu orang asing yang mau mengembalikan ponselnya.
Tak lama, sebuah taksi berhenti di depan pintu masuk dan Tasya melihat sesosok laki-laki berkemeja turun dari taksi. Laki-laki itu tingginya sekitar seratus delapan puluh senti, tampan dan terlihat ramah.
Dia terdiam sejenak saat bertatapan dengan Tasya. Lalu dia mengedipkan matanya dan bertanya sambil tersenyum, âApakah Anda Nona Tasya?â
âIya, benar.â ujar Tasya sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Kemudian, laki-laki itu mengeluarkan ponsel Tasya dari dalam tasnya dan memberikannya pada Tasya.
âIni ponselnya. Anda bisa cek dulu apakah ada yang rusak. Saya menyimpannya di dalam tas saya.â
Tasya tersentuh. Tentu saja dia tidak akan mengeceknya karena dia sudah cukup bersyukur ponselnya bisa kembali.
âTerima kasih banyak. Jika Anda tidak terburu-buru, bagaimana kalau saya mentraktir Anda makan siang?â
âPanggil saya Omar. Saya seorang programmer. Sayangnya, saat ini saya akan ada rapat. Jadi, maaf saya terpaksa menolak ajakan Anda. Tapi, saya harap kita bisa berteman.â ujar Omar Surendra sambil menggaruk kepalanya, terlihat jelas kalau dia malu-malu saat berbicara dengan seorang perempuan yang cantik ini.
âBaiklah. Kita bertukar nomor telepon saja. Lain kali akan saya traktir makan,â Ujar Tasya senang.
Setelah bertukar nomor telepon, Tasya melihat laki-laki itu naik taksi dan dia pun segera masuk ke dalam lobi. Dia akui, Omar meninggalkan kesan yang baik baginya.
Apalagi, Tasya selalu suka dengan laki-laki yang rapi dan bersih sejak Tasya masih kecil.
Setelah Tasya kembali ke ruangannya, telepon kantornya berdering. Dia pun menjawabnya, âHalo, dengan Tasya. Dengan siapa saya berbicara?â
âKe ruanganku sekarang.â Sebuah suara khas milik Elan terdengar di ujung telepon.
Tapi, Tasya tidak mau bertemu dengannya. âSaya sedang sibuk bekerja, Pak Elan. Anda bisa mengatakannya langsung di telepon.â
âAku harus berbicara denganmu langsung.â
âAnda bisa mengatakannya sekarang, Pak.â ujar Tasya acuh tak acuh.
âAku akan ke rumahmu saat makan malam.â Ujar Elan.
âSaya mau mengajak Jodi makan malam di luar malam ini.â balas Tasya.
âKalau begitu aku ikut.â ujar Elan.
âSaya lebih suka makan malam berdua dengan anak saya.â
âAku akan mentraktir kalian.â Desak Elan.
âTidak perlu, terima kasih.â Setelah itu Tasya akan menutup teleponnya, tapi Elan menyela.
âAku mau memberitahumu kalau aku ada perjalanan bisnis selama seminggu.â
Kalimat Elan membuat Tasya terdiam sejenak. Dia akan pergi selama seminggu? Baguslah kalau begitu, aku tidak akan bertemu dengannya selama dia pergi!
âBukankah seharusnya Anda memberitahu Helen dan bukannya saya, Pak Llan yakin dia pasti merindukan Anda.â Ujar Tasya daiar.
âDan kamu tidak merindukanku?â tanya Elan.
âTidak,â jawab Tasya tanpa berpikir panjang. Apalagi, dia sudah memutuskan untuk menjauh dari Elan.
âKejam.â Setelah itu, Elan menutup teleponnya.
Reaksi Elan itu membuat Tasya terhenyak.
Pukul tiga sore, Tasya izin pulang lebih dulu untuk menjemput anaknya.
Saat dia tiba di sekolah Jodi, gerbang sekolah masih ditutup. Jadi Tasya menunggu di depan gerbang.
Di saat yang bersamaan, dia berpapasan dengan seorang Ibu yang dia temui kapan hari. Ibu itu mendekatinya.
âHai, Nona Tasya. Hari ini Anda datang lebih dulu! Suami Anda tidak bersama Anda?â
Next Chapter