Bab 385
Ruang Untukmu
Ruang Untukmu Bab 385 Tampaknya Elan harus benar-benar menckan perasaan cemburu dan memberinya ruang dan kebebasan Setelah mobil melesat, Tasya kembali ke kantor Frans dan mendapatkan Elsa sedang menarik narik lengan kemeja ayahnya, merayunya.
âAyah, aku bersumpah bisa melakukan apapun yang Tasya bisa. Biarkan aku bekerja di sini!â
âTidak Sudah, henukan dan pulanglah segera.â
âAyah sangat tidak adil. Hmm! Ayah sama sekali tidak sayang padaku. Hanya peduli pada Tasya.â Elsa merengek lalu berbalik dengan marah, dan segera sadar akan kedatangan Tasya. Kebencian semakin mendalam terpancar di matanya.
i Sementara itu, Frans membujuk Elsa saat dilihatnya Tasya tiba. âOke, oke. Kita akan membicarakannya lain waktu.â
âTasya, apakah Tuan Muda Prapanca sudah pergi? Beberapa klien akan datang sore nanti. Kamu harus berkenalan dengan mereka.â
Amarah terlintas di sorot mata Elsa setelah mendengar ucapan ayahnya. Tentu saja, ayah melihat Tasya sebagai satu-satunya ahli warisnya!
âAyah, perkenalkan mereka padaku juga.â
âKenapa kamu tidak meminta Romi untuk mengajakmu berkeliling dahulu,â Merasa kesal, akhirnya Frans mencoba mengusir putrinya.
Sejujurnya, mengapa Elsa ingin berbuat sesuatu pada perusahaan? Dia sudah lama ingin pergi, karena tidak memiliki ketertarikan pada hal-hal yang menantang otaknya.
âKalau begitu, aku akan mencari Pak Wijaya!â dan sekarang Elsa fokus pada Romi.
Segera setelah Elsa pergi, Frans berbalik pada Tasya. âApakah kamu sudah berbaikan dengan Tuan Muda Prapanca?â
Tasya tersipu malu mendengarnya. Dia bersumpah tidak ada yang bisa lolos dari pandangan ayahnya âSebenarnya, kita tidak bisa menyalahkan keluarga Prapanca untuk peristiwa itu. Apa yang dilakukan ibumu itu di luar insunk, dan tidak ada sangkut paunya dengan siapapun. Jika saja dia menyaksikan ini semua, tentu ingin kamu hidup berdampingan dengan Tuan Muda Prapanca.â
âKenapa begitu?â Tasnya menoleh pada ayahnya, merasa heran.
âKarena hutang budi keluarga Prapanca pada ibumu akan membuat Tuan Muda Prapanca memperlakukan kamu dan Jodi dengan baik sepanjang hidupmu. Setidaknya, dia tidak akan mengecewakanmu atau berkonflik dengan Jodi.â
mengucapkan kata-kata itu hanya untuk memisahkan Elan darinya, Kalau begitu, kenapa dia harus memercayai scorang pembunuh?! Orang yang pantas berada di dalam neraka adalah laki-laki itu!
âAku mengerti, Ayah.â Tasya mengangguk.
âBagus.â Setelah itu, ponsel Frans berdering. Dia mengangkatnya, âBaiklah, kita akan tiba di sana dalam lima menit.â
âTasya, ikut makan siang denganku.â
Setelah itu, Tasya mengikuti ayahnya untuk bertemu dengan klien pentingnya, sementara Elsa bersantai di dalam ruang kerja Romi, dan tidak ingin pergi dari sana.
âPak Wijaya, bisa ajari aku akuntansi?â
âElsa, kamu tiÄak boleh menyentuh tumpukan kertas ini.â Cara Romi memanggilnya telah berubah.
Elsa menaruh kembali kertas itu dan duduk di sebelahnya, sambil meletakkan tangannya dengan santai di atas kaki Romi. âApakah malam ini tidak ada acara, Pak Wijaya? Bagaimana kalau kita makan malam bersama?â
âJaga sikapmu. Kita sedang berada di kantor.â Walau berkata seperti itu, Romi tidak menggeser kakinya.
Belakangan ini Elsa merindukan kehangatan seorang laki-laki, dan mulai menganggap Romi sebagai sosok yang menyenangkan untuk dipandang. âApakah kamu takut unggal sendiri, Pak Wijaya? Kamu mau aku menemanimu?â
Setelah itu, Elsa berbisik di telinganya, âKita bisa melakukan apapun yang kamu suka!â
Dun V MUS Tubuh Romi menegang setelah mendengar perkataannya dan menatap Elsa. Walaupun tidak secanuk Tasya, dia adalah perempuan yang menarik juga. Secara naluriah, bagaimana dia bisa menahan godaan di saat perempuan itu sendiri menawarkan dirinya? Lagipula dia bukan laki laki penuh sopan-
santun.
Tasya seperti sekuntum bunga yang berada di tepi jurang, sulit untuk dipetik. Ditambah pula, dengan Elan tak pernah lepas dari sisinya, semakin mustahil baginya untuk berada di dekatnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengambil pilihan kedua.
Lagipula, menikahi Elsa juga merupakan cara efekut untuk memperoleh saham Perusahaan Konstruksi Merian!
âElsa, apakah kamu benar-benar menyukaiku?â Romi menatap Elsa dengan sorot mata berapi-api sambil menggenggam tangannya.
Elsa dalam sekejap melunak dan jatuh ke dalam pelukan Romi. âTentu saja! Kamu sangat cekatan.
Ayahku sangat bergantung padamu, dan ibuku pun menyukaimu!â
Next Chapter