Bab 479
Ruang Untukmu
Bab 479 Sau mereka? Apakah mereka memiliki kekuatan? Mengapa mereka bisa sampai di sini pada waktu yang sama? Bagaimana bisa mereka menemukan Elan yang terluka?
âElan, bagaimana bisa kamu membiarkannya menyudutkanmu?â tanya Arya sambil menatap Alanna Di antara tatapan para pria, Alanna tibaâtiba merasa bahwa dia tidak berarti, dia melakukan segala sesuatu dengan lambat. Rencananya gagal, dan akan menjadi akhir yang menyedihkan.
âTangkap mereka. saya akan menanganinya nanti,â kata Elan dengan suara pelan.
Tasya duduk di depan tempat tidur putranya dengan mata merah sambil menunggu kabar bahwa Elan selamat.
Tibaâtiba, ponselnya berdering. Meskipun dari nomor tidak dikenal, Tasya tetap bersemangat dan dengan cepat mengangkat panggilan tersebut. âHalo?â
âIni saya, saya sedang dalam perjalanan pulang, dan saya akan sampai dalam tujuh jam.â Suara pelan dan familiar terdengar.
Tasya akhirnya menangis setelah berjamâjam khawatir. Tasya menutup mulutnya dan berjalan ke balkon. âOke, cepatlah pulang!â
âSedang apa Jodi?â âDia masih tidur:â
âApakah kamu belum tidur sepanjang malam?â tanya Elan ketika dia mendengar suara serak Tasya.
âTidak apaâapa. saya bisa mengatasinya.â
âKamu harus tidur saat saya pulang.â perintah Elan dengan suara tegas.
âBaiklah, saya akan tidur,â jawab Tasya.
âSampai jumpa kembali di rumah.â Setelah itu, Elan menutup telepon.
Tasya memegang ponselnya dan menghela napas lega. Dia bersantai di balkon dan duduk di sofa, setelah itu menutup matanya. Meskipun hanya satu hari, rasanya seperti satu abad baginya.
Prosedur pembebasan Rully baru saja selesai di kantor polisi. Rully meregangkan ototâotomnya. Rully clah ditahan di kantor polisi dalam waktu yang lama, dan dia merindukan dunia luar. Putri baptisnya akhirnya menyelamatkannya.
Walaupun saya rasa rencana Alanna tidak bagus.
âPak Rully, Anda bisa pergi setelah menandatangani dokumen ini.â Petugas polisi datang dengan membawa catatan pembebasan untuk di tanda tangani oleh Rully.
Kully mengambil pena yang diserahkan polisi. Sebelum dia bisa menandatangani surat itu, seseorang menghentikannya dengan menarik lengannya.
Rully berbalik untuk melihat petugas polisi dan bertanya, âApa yang kamu lakukan?â
Pak Andre datang dan berkata dengan wajah cemberut. âRully Prapanca, saya baru saja menerima telepon dari Pak Elan. Anda dicurigai sebagai dalang dari kasus penculikan. Selain itu, kasus lama Anda akan diadili ulang. Kembalilah ke ruang tahanan!â
Rully terlihat panik, tidak seperti sikap tenangnya yang biasa. Apakah putri baptis saya benarâbenar gagal lagi?
âBawa dia kembali. Prosedur pembebasannya batalâ perintah Pak Andre.
Tangan Rully diborgol lagi dan dia dibawa kembali ke ruang tahanan. Rully melihat kembali ke dunia luar yang jauh di luar jangkauannya, dan mulai sekarang dia tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa melarikan diri dari ruang tahanan.
Ternyata dia telah meremehkan Elan.
Roy mengantar Tasya kembali ke vila Elan. Meskipun masih beberapa jam lagi untuk bisa melihat Elan, Tasya tidak bisa tidur.
Selain secangkir kopi yang membuat Tasya tetap terjaga, dia belum makan apa pun. Roy menyuruh koki untuk memasak makanan untuk Tasya, namun dia hanya menatap jam di ponselnya.
âNona Tasya, makanlah sesuatu. Pak Elan akan sangat sedih jika melihat Anda kekurangan gizi!â Roy mencoba membujuknya.
Tasya mengambil semangkuk bubur untuk dirinya sendiri. Setelah mengambil beberapa sendok, dia bertanya, âKapan Elan akan sampai?â
Roy menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. âSaya tidak tahu, seharusnya sekitar jam 3 sore.â
Dua pesawat pribadi mendarat di bandara internasional. Lima belas menit kemudian, empat mobil SUV hitam melaju.
Mereka langsung menuju vila Elan.
Satu jam kemudian, gerbang vila terbuka saat mobilâmobil masuk.
Roy berkata dengan penuh semangat, âNona Tasya, Pak Elan sudah sampai.â
âOm Elan!â Jodi berlari keluar seperti kelinci, dan Tasya mengikutinya.
Tasya memegang tangan Jodi sambil menunggu di tempat parkir. Melihat mobil SU yang mirip dengan mobil bersenjata, Tasya menunggu Elan turun.
Next Chapter