Bab 530
Ruang Untukmu
Bab 530 Elsa kembali ke sofa, suasana hatinya semakin buruk karena pria di luar. Dia berkata kepada Bibi Gayatri, âKalau kamu melihat pria itu lagi di masa depan, abaikan saja dan usir dia.â
âTapi dia mengenal Nyonya, Nona Elsa. Mungkinkah dia menjadi temannya?â
âBagaimana mungkin ibu saya memiliki teman yang begitu miskin? Hanya dengan melihat sekilas, orang bisa tahu bahwa dia adalah seorang pengemis yang datang ke rumah saya untuk meminta uang,â Elsa mengumpat dengan tidak sopan.
Setelah menumbuhkan suasana superioritas di rumah ini, Bibi Gayatri mengangguk setuju. âBenar.
Bagaimana Ì mungkin Nyonya bisa berteman dengan orang seperti itu?â
Elsa kemudian menghubungi nomor Romi, yang mana pria itu menjawab telepon di ujung lain panggilan. âHei, Elsa.â
âKamu di mana?â
âSaya sedang bertemu klien.â
âKapan kamu pulang?â
âSaya akan kembali sebentar lagi.â
âKalau begitu, kembalilah. Saya bosan sendirian.â Elsa sangat menginginkan Romi untuk kembali ke rumah ini.
Namun, tanpa sepengetahuannya, Romi sedang duduk di sebuah kafe dengan Helen yang berada di pelukannya saat ini. Helen bukan hanya menyaksikan dengan genit ketika pria itu menjawab telepon, melainkan dia bahkan meringkuk padanya dengan sengaja.
Setelah menutup telepon, Romi menatap Helen. âSaya harus kembali untuk menemaninya malam ini.â
Enggan berpisah dengannya, Helen memeluknya. âSaya tidak ingin kamu pergi. Saya ingin kamu tidur bersama saya malam ini.â
âBersikap baiklah dan tahan sedikit lebih lama. Begitu saya mendapatkan uang dari Perusahaan Konstruksi Merian, saya akan segera menceraikannya,â kata Romi, menghiburnya.
Baru saat itulah Helen mengerucutkan bibirnya. âOke.â
Tasya tidak pergi ke kantornya hari ini. Sebagai gantinya, dia pergi ke Kediaman Prapanca di sore hari guna mengajak Jodi keluar untuk bersantai. Mereka berjalanâjalan di taman, dengan beberapa pengawal yang mendampingi mereka dari belakang untuk memastikan keselamatan mereka.
Tampaknya Jodi mengetahui sesuatu, dan secercah kesedihan muncul di matanya yang besar. âMa, kapan kakek akan bangun?â
âKakekmu sakit, jadi dia butuh waktu untuk bangun. Mari kita tunggu dia sedikit lebih lama, oke?â
Jodi mengedipkan matanya. Menjadi anak yang bijaksana, dia berperilaku sangat baik di Kediaman Prapanca. Elan sering membawa bocah itu bersamanya ke Grup Prapanca atau untuk nongkrong di pusat perbelanjaan.
âJodi, saya akan sibuk beberapa hari ini.â
âTidak apaâapa, Ma. Lanjutkan saja urusan mama. Saya akan baikâbaik saja,â jawab Jodi dengan bijaksana. Dia diurus dengan baik di Kediaman Prapanca, di mana Hana memperlakukannya seperti cicitnya sendiri. Jodi berkata dengan misterius, âMa, waktu itu saya melihat album foto Om Elan. Coba tebak betapa miripnya saya dengannya.â
âApa kamu sangat mirip dengannya?â
âYa, itu benar! Saya ini kembarannya. Waktu saya melihat fotoâfoto masa kecilnya, saya merasa seperti sedang melihat diri saya sendiri.â
Tasya menarik napas. Betapa mengejutkannya ada kebetulan seperti itu, pikirnya.
Setelah mereka selesai berjalanâjalan di taman, para pengawal membawa Jodi kembali ke Kediaman Prapanca, sedangkan Tasya kembali ke rumah sakit. Begitu dia tiba di lantai bawah, ponselnya berdering. âHalo?â dia berkata.
âNona Tasya, kami menemukan bahwa Romi telah membeli sebuah apartemen kecil dengan uang yang disalahgunakan itu,â lapor seseorang dari departemen keuangan.
âBaiklah. Catat dan terus periksa,â perintah Tasya.
Begitu dia melangkah memasuki lobi, dia melihat Elan. datang bersama sejumlah dokter. Dia berbalik untuk melihat pria itu, yang membawa dirinya dengan keanggunan seorang pemimpin. Seperti wanita lain yang berada di lobi, dia berdiri di pinggir dan mulai mengagumi Elan.
Menatap Tasya dengan tatapan dalam dan sulit dipahami, Elan membisikkan sesuatu kepada seorang lansia di sebelahnya sebelum menghampirinya.
Tasya menilainya dengan kepala yang sedikit dimiringkan ke satu sisi.
Elan menyipitkan matanya, bertanya, âApa yang kamu lihat?â
âMenurut saya kamu benarâbenar sangat tampan,â puji Tasya.
Dalam hati Elan tersanjung oleh perkataannya. Tetap saja, dia bertanya dengan agak masam, âBaru sekarang kamu menyadarinya?â
Tasya tidak kuasa menahan tawa. âSaya belum pernah melihat dokter tadi. Apa dia baru direkrut?â
âMmâhmm. Mereka spesialis jantung dan neurologi yang direkrut khusus dari rumah sakit lain dengan harapan dapat meningkatkan kondisi ayahmu.â
Memanfaatkan kesempatan itu, Roy, yang berdiri di samping mereka, berkata, âNona Tasya, Pak Elan telah bersusah payah memekerjakan para spesialis ini. Dia secara pribadi mendatangi mereka dan dengan sungguhâsungguh memohon agar mereka datang.â
Next Chapter