Bab 538
Ruang Untukmu
Ruang Untukmu Bab 538 Tasya mengerucutkan bibir meralınya sebelum mengangguk ringan âOke. Kamu kembali ke kamarmu dulu. Saya akan datang sebentar lagi.â
Baru kemudian Elan bangkit dan kembali ke kamarnya, tampak puas.
Sambil memegang segelas air hangat di kedua tangan, dia meminum beberapa teguk darinya sebelum berjalan menuju kamarnya dengan jaket yang disampirkan di bahunya.
kamar tidur Elan adalah miliknya secara eksklusif. Didekorasi layaknya kamar hotel bintang tujuh, dilengkapi dengan segala sesuatu yang diharapkan untuk ditemukan.
Tasya melihatnya berbaring di ranjang dan tidak melakukan apaâapa seolahâolah sengaja menunggunya. Menggantungkan jas Elan di tiang gantungan pakaian, Tasya duduk di tepi ranjang.
Kemudian, dia berbaring miring dan menatap pria itu, berkata, âAyo tidur.â
Melingkarkan lengannya di sekeliling Tasya, Elan menekan wanita itu ke jantungnya dan mengendus rambutnya. Sebagaimana Tasya, Elan mengharapkan Frans untuk bangun agar upacara pertunangan mereka bisa diadakan lagi. âTasya, ayo kita lanjutkan pertunangan kita saat ayah kita bangun,â bisiknya di telinga Tasya.
Tasya menjawab dengan maluâmalu, âOke.â
Setelah mendengar ini, pria di belakangnya memeluknya dengan penuh semangat sebelum dengan lembut membalikkan tubuhnya. Setelah mencium kening dan hidungnya, Elan akhirnya menyegel bibir Tasya dengan sebuah ciuman; dia benarâbenar membutuhkan kenyamanannya saat ini.
Pada akhirnya, melihat pria yang bangkit dari ranjang karena malu, Tasya menahan tawanya di bawah selimut. Pria ini benarâbenar memintanya. Dia seharusnya tidak meminta saya untuk udur di kamarnya.
Saat itu pagiâpagi sekali, dan seluruh Perusahaan Konstruksi Merian berada dalam keadaan bergejolak setelah perusahaan tutup selama beberapa hari. Sebagai presiden baru perusahaan, Romi berada dalam kondisi yang buruk. Begitu mobilnya masuk, mobil itu dikepung oleh sekelompok karyawan karena mereka tidak mendapatkan gaji untuk bulan itu.
Setelah turun dari mobilnya, Romi tidak punya pilihan selain berjanji kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkan gaji mereka. Kalau tidak, dia bahkan tidak akan bisa memasuki kantomya.
âApa yang kita lakukan sekarang, Pak Rompi? Sekarang setelah pesanan dibatalkan, barangâbarang kami tidak dapat dikirim keluar. Gudang kami sekarang kelebihan stok barangâ
Tertekan, Romi meletakkan kepalanya di tangannya, tetapi dia juga berada di ujung tanduk.
Tak lama setelah itu, dua pemegang saham lainnya datang juga. Mereka telah menghasilkan uang saat Frans menjadi presiden perusahaan, tetapi kini mereka kehilangan uang saat Romi yang menjalankan perusahaan. Akibatnya, mereka juga panik.
Dilemparkan ke dalam keadaan cemas yang tak berujung, Romi nyaris menyerahkan saham yang dipegangnya. Namun, saat itu, dia berpikir untuk memohon pada seseorang. Tasya. Selama Elan berhenti mengincar saya, klienâklien besar itu pasti akan kembali, pikirnya. Segera, dia menghubungi nomor Tasya dan memohon, âNona Tasya, tolong minta Pak Elan untuk mengembalikan klien kita kepada kita. Perusahaan kita benarâbenar tidak dapat bertahan lebih lama lagi.â
Tasya terdengar sangat apatis di ujung sana. âBahkan jika perusahaan tidak dapat bertahan lagi, itu adalah bisnismu sendiri. Kalau kamu benarâbenar tidak bisa mengelolanya, kamu dapat mentransfer sahammu kepada saya dan biarkan saya yang mengelolanya.â
Tapi bagaimana mungkin Romi bersedia menyerahkan perusahaan itu? âNona Tasya, kita adalah keluarga. Pasti ayahmu tidak ingin perusahaannya bangkrut, bukan?â
âAyah saya tidak ada hubungannya lagi dengan perusahaan. Kini kitalah yang memegang saham di perusahaan, bahkan jika perusahaan bangkrut dan mengalami likuidasi, itu urusan kita sendiri. Apa hubungannya ayah saya dengan itu?â
âTetap saja, kamu memiliki 30 persen saham perusahaan. Bukankah kamu akan rugi kalau kehilangan uang?â Romi mencoba membujuknya.
Tasya menjawab dengan mencibir, âSaya tidak peduli. Saya tidak masalah kehilangan uang.â
Romi nyaris memuntahkan darah karena marah. âKamu...â Dia menginjakâinjak saya sedemikian rupa!
Dia lebih suka melihat Perusahaan Konstruksi Merian bangkrut karena ada Elan yang mendukungnya dan dia tidak takut pada apa pun, tapi Elsa dan saya tidak punya jalan keluar! Romi mulai berpikir untuk menjual perusahaan. Satuâsatunya jalan keluar adalah menjualnya. Kini tidak ada tandaâtanda peningkatan, perusahaan akan hancur di tangan saya.
Dia mencoba menelepon perusahaan bahan bangunan lain, hendak menjual saham atas namanya, namun orang itu menolak tawarannya mentahâmentah. Dia kemudian menelepon beberapa pengusaha lain yang telah menunjukkan minat pada Perusahaan Konstruksi Merian, namun mereka juga menolak tawarannya, seolahrâolah perusahaan itu adalah kentang panas yang bahkan tidak berani mereka sentuh.
Next Chapter